Artikel

Foto Thorax PA yang Ideal: Sekadar Gambar, atau Penentu Diagnosis?

Radiologi bukan sekadar “mengambil gambar”, tapi sebuah proses kritis yang menyangkut akurasi diagnosis. Salah satu tindakan yang paling umum dilakukan di layanan radiologi adalah foto thorax PA (postero-anterior), namun ironisnya justru prosedur ini sering dianggap sepele. Padahal, kesalahan teknis sekecil apa pun bisa berujung pada bias interpretasi oleh dokter radiolog atau klinisi. Sebagai tenaga radiografer, tanggung jawab kita adalah menjamin bahwa citra yang dihasilkan benar-benar representatif, tidak hanya “tampak”, tapi “terbaca” secara medis. Menurut World Health Organization (WHO), foto thorax adalah pemeriksaan radiologi paling sering dilakukan di dunia dan menjadi alat skrining utama untuk penyakit paru, termasuk tuberkulosis, pneumonia, efusi pleura, dan kanker paru. Berdasarkan standar European Guidelines on Quality Criteria for Diagnostic Radiographic Images (CEC, 1996) dan ACR (American College of Radiology), ada sejumlah indikator kualitas foto thorax PA yang harus dipenuhi agar hasilnya valid untuk diagnosis klinis: Tidak ada rotasi Inspirasi cukup (10–11 posterior ribs) Posisi scapula keluar dari area paru CR tepat pada T7 Seluruh area paru tergambar utuh Namun, survei yang dilakukan di berbagai rumah sakit pendidikan di Indonesia menunjukkan bahwa 30 – 40% citra thorax masih belum memenuhi kriteria standar tersebut, terutama karena kesalahan posisi dan inspirasi yang kurang maksimal. Ini berpotensi mengaburkan temuan klinis penting seperti infiltrat atau pneumotoraks. Mengapa bisa terjadi? Kesalahan pada teknik pengambilan foto thorax PA biasanya tidak disebabkan oleh alat yang buruk, melainkan karena: Kurangnya pemahaman tentang anatomi toraks secara radiografis Ketidaktepatan instruksi kepada pasien, terutama untuk menahan napas inspirasi penuh Waktu yang terburu-buru, terutama di instalasi gawat darurat (IGD) Kurangnya standar evaluasi kualitas citra oleh radiografer itu sendiri sebelum menyerahkan ke radiolog Padahal, kualitas gambar yang substandar tidak hanya merugikan dokter, tapi juga memperpanjang waktu diagnosis, meningkatkan risiko kesalahan klinis, dan menambah biaya pemeriksaan ulang. Kriteria Foto Thorax PA yang Baik Dalam praktik radiologi diagnostik, pengambilan foto thorax PA (postero-anterior) harus memenuhi beberapa kriteria teknis penting agar dapat digunakan secara optimal: 1. Rotasi Tidak Ada (No Rotation) Lihat jarak antara columna vertebrae ke ujung medial klavikula kiri dan kanan. Bila jaraknya simetris, berarti posisi pasien lurus dan tidak mengalami rotasi saat eksposi. 2. Lapangan Paru Atas Terbuka Jelas Apex paru idealnya tergambar dengan baik dan berada sekitar 2,5 cm di atas claviculae. Ini menandakan inspirasi cukup dan posisi sentralisasi tepat. 3. Scapulae Tidak Menutupi Lapangan Paru Scapulae harus berada di luar area paru. Artinya, pasien harus memegang grip dan menarik bahu ke depan saat posisi PA. 4. Inspirasi Maksimal Terpenuhi Minimal 10–11 costae posterior harus terlihat di atas diafragma sebagai indikator inspirasi maksimal. 5. Sentralisasi Tepat (CR ke T7) Vertebra thorakal T7 harus berada di tengah lapangan kolimasi, menunjukkan CR tepat sasaran. 6. Anatomi Paru Lengkap Tidak Terpotong Gambar harus mencakup dari C6–C7 hingga sinus costophrenicus kanan dan kiri. Jangan sampai ada struktur yang hilang karena framing yang terlalu sempit. Penutup Radiografer adalah garda pertama dalam proses pencitraan medis. Citra thorax PA yang benar adalah fondasi diagnosis yang akurat. Dengan mengedepankan standar teknis yang tepat, kita bukan hanya menjalankan prosedur, tapi juga menjadi bagian penting dari keputusan klinis yang menyelamatkan nyawa. Ditulis Oleh Ismanto, Radiografer Karawang